Quotes

Kamu menjadi inspirasi, karena kamu berani meski sendiri- 2018

15 May, 2013

Cinta Kita yang Berbeda (2)



Eh em cuacanya panas banget”
“ Sepanas apapun juga aku bakal bikin kamu nyaman, tapi kamu jangan gini lagi ya? Janji?”
Ya Tuhan, ini belaian Kevin? Jangan putuskan cinta persaudaraan kita, aku tak ingin telapak tangan yang kekar ini berhenti membelai dan memelukku dengan lembut. Biarlah setiap jengkalnya senantiasa menawarkan keindahan.
Hari terus berlanjut, lentera mentari siang itu mungkin agak membakar keluhan orang-orang yang merasakannya. Sehingga mereka hanya bersantai menunggu senja menampakan diri untuk beradu dengan wajah sang malam.  
Waktu menunjukan pukul 01.00 siang. Lidia merasa sangat pusing, dia tidak bisa menemani Kevin les basket di tempat Pak Dian. Jadi dia menemui Kevin disekolah untuk ijin pulang dulu. Waktu sedang ngobrol sebentar dengan Kevin, tiba-tiba ada tetesan darah dari hidung Lidia.
“Iya Vin jadi aku kesini mau...”
“Memperlihatkan tetasan darah itu keluat dari hidung mungil kamu?” Kevin merasa dibohongi. Dia khawatir, dia kaget, dia merasa dinomer duakan tentang kepercayaan Lidia kepadanya.
Lidia udah khawatir, jangan-jangan penyakit nakal ini akan memperlihatkan kebesarannya mengganggu kehidupanku di depan sahabatku sendiri. Sejenak mengamati,Kevin membersihkan darah yang terus bertambah banyak dari hidungku, terasa sangat lembut sentuhan kapasnya.
mengapa Lidia tdak pernah bercerita tentang penyakitnya. Mengapa dia tega merahasiakan ini pada sahabtnya sendiri” Itu percakapan Kevin dengan mata hatinya.
“Jadi apa yang kamu sembunyikan dariku?”
“Hanya pusing”
“Pusing memikirkanku? Makanya kamu gak pernah crita sama aku?”
“Enggak tapi aku gapapa, bener Vin”
Lidia menyembunyikannya di pelukan Kevin. Dia tak ingin Kevin menghancurkan rahasianya. Dia tak ingin bicara saat itu. Dia hanya ingin menikmati saat-saat indah dengan sahabatnya.
Semenjak Kevin mengetahui penyakit Lidia dari Bunda ,Kevin tak pernah lagi mengajak Lidia bermain seperti dulu. Dia takut terjadi apa-apa jika Lidia terus kecapaian dan penyakitnya kumat lagi. Menembus kebahagiaan Lidia. Kini Kevin juga harus fokus kepada pacar barunya. Via.
Hampir setiap hari Kevin selalu bersama Via, entah itu pulang sekolah, mkan bareng, belajar sampai ke gereja pun mereka selalu bersma. Pernah Lidia melihat sahabatnya itu bersama dengan Via ketika dia hendak pergi ke masjid, entah mengapa perasaan Lidia sangat sakit, perasaan ini tak berbunga, tidak juga benuansa melati yang setiap saat Kevin berikan padanya. Rasanya Lidia seperti menanti keajaiban bila dia harus meninggalkan kedamaian kota dan kegundahan hatinya. Lidia cemburu. Ya bagaimana dengan kisah manis dan segala kesedihan yang mereka lewati selama 15 tahun harus terpisah hanya karena setetes darah sebagai buktinya? Lidia menganggp bahwa Kevin telah melupakannya dan karena Kevin sudah tau penyakitnya, Lidia merasa sahabatnya itu jijik untuk dekat dengannya. Lidia selalu mengurung diri di rumah. Dia selalu menangis. Tapi di dalam lubuk hatinya, dia akan tetap bersikap seperti dulu, saat kanker itu belum menyerang otaknya.
Suatu hari, Lidia bertekad menemui Kevin saat pengumuman lulusan di umumkan. Dia ingin melihat kilasan senyum yang menawan, yang membuat pandangan matanya hanya tertuju pada senyuman itu. Atau belaian lembut yang dia nantikan 2 tahun ini. Dia melihat Kevin sedang mencari-cari namanya di urutan lulus atau tidak. Saat itu Kevin sedang bersama Via. Dari belakang, Lidia menepuk pundak Kevin.
“Dooorrr ! lagi ngapain kalian berdua?”, tanya Lidia dengan senyum terpaksa.
“ eh Lidia, ngagetin aja, ! dasar anak kecil ya... gatau orang lg bingung nyari nama” dia melanjutkan, melihat wanita yang ada disampingnya. Dirangkulnya dia, lalu,
oh ya Vi  ini sahabat ku dari kecil, Lidia”
Hay, seneng bisa kenal kamu
“Iya sama-sama, Vin aku nyariin kamu, aku berusaha pengen deket kamu terus, tapi rasanya ga bisa. Kamu kaya sunyi banget buat aku?” Lidia tiba-tiba mengumbarkan semua gejolak yang terus menekannya.
Kevin bingung apa yang harus dia lakukan. Dia harus pertahankan siapa, sahabatnya atau satu gadis yang mengganggu persahabatannya dengan Lidia. Gadis yang sebenarnya sangat licik itu.
“Lidia denger ! kamu itu terlalu muda dan terlalu resah buat nyari kesunyianku, aku udah punya cewe dan kamu masih aja perduliin aku? Aku gak bakal bisa balik sama aku, aku mohon pengertiannya. Hapuskan aku dari bayangan-bayanganmu setiap hari juga hapus aku dari hidupmu”
“Aku sangat..” Lidia tak bisa melanjutkannya karena terpotong.
“Tolong pergi, sekarang Lidia, bukan satu detik lagi atau berjam-jam kamu berdiri disini” bentak Kevin.
Ketika Tuhan memberikan satu kebahagiaan untukku, maka aku memilih memberikan kebahagiaan itu untukmu Vin”
“Plis pergi..”
 Lidia merasa tertekan saat itu, dia menahan air mata, namun dia masih bisa menggerakkan matanya tanpa setetes air mata. Hanya tersenyum. “Aku pulang dulu ya,, tadi cuman liat terus mampir kata Lidia .
Kevin sempat ingin mengejar peri kecilnya itu, dia merasa salah berkata yang tak penting dia katakan pada sahabatnya. Tapi dia ingat disitu juga ada Via. Gadis berpegang teguh pada pelukan Kevin agar Kevin tak bisa lari mengerjar Lidia. Dia memutuskan untuk tidak mengejarnya, mungkin Lidia merasa kurang diperhatikan. Tapi, bagi Kevin itu semua hanya kenangan. Dia ingin kembali menjumpai masa lalunya, meneruskannya dengan akhir yang bahagia. Rasanya sulit, disampingnya berdiri gadis yang akan menjadi permaisuri di hatinya. Mungkin. Atau sekedar pura-pura.
Satu minggu berlalu,Kevin dan Lidia tidak pernah berhubungan lagi. Sampai saatnya tiba, Kevin datang ke rumah Lidia dan melihat Lidia terbaring lemas di kamar. Lidia meneteskan air mata saat Kevin berjalan menuju tempat tidurnya. Dia berusaha bangkit dari ketidakmampuannya berdiri menyambut pangeran terindah yang dulu dia miliki.
Berikan kemudahan kepadaku yang serba kekurangan ini Ya Allah untuk merasakan kebahagiaan dalam kesederhanaanku, jika cinta itu indah tolong labuhkan hati ini kepada lelaki itu” Lidia berangan beberapa saat.




“Sayang, aku minta maaf untuk segala kesalahanku, kamu sahabat terindah yang ga bisa aku lupain gitu aja. sini sandarkan badan kamu ditubuh aku, inget ya, aku yang bakal menopang tubuh kamu waktu kamu kehilangan semua tenagamu. Aku yang berusaha ada dibelakang jejak langkah kesedihanmu, cuma aku yang ingin ngebahagiain kamu tapi aku mau bilang sesuatu?...” -kelanjutan dari Cinta Kita yang Berbeda (1)
 

No comments:

Post a Comment