Jika aku adalah kamu, dan kamu adalah aku maka aku akan berbanding
terbalik denganmu.
Dimana aku tidak akan pernah mengkhianatimu, untuk sekedar memberi
perhatian kepada orang lain. Hey dengar, apa kamu belum mengerti juga, hanya
dengan hal kecil saja seperti kamu menanyakan dia sedang apa itu akan menjadi
sebuah kontroversi hati. Persaingan. Kegalauan. Dan aku gak ngerti kenapa kamu memberi
rasa yang sama ke dua orang. Orang yang pernah kamu kuatkan sekaligus kamu
lemahkan. Seperti aku.
Seharusnya kamu bicara. Memang sejak awal jujur saja bila ada cinta yang
lain. Aku rindu masalalu yang sempat kujadikan masa depanku. Apakah yang saat ini
kurasakan tinggal janji-janjimu? Ohh
tuhan aku tidak tahu dalam situasi segenting ini apa nama hubungan kita. Dan
aku gatau apa, bagaimana status kita, bagaimana aku harus melangakh dan
bagaimana pula aku menanyakan keganjalan rasa ini. Aku merasa tergantungkan,
tapi juga aku merasa tidak berhak memikirkanmu. Berapapun banyaknya pertanyaan yang aku
katakan ,tetap sj aku tak menemukan jawabannya.
Aku kecewa. Kecewa untuk
kebodohanku menerimamu seperti dulu. Jelas-jelas kamu pernah menghilang,
jelas-jelas kamu tentu sudah berbeda dari yang PERTAMA kali ku kenal. Masih saja
aku sebegitu gampangnya luluh karena satu kata dari kamu. Sayang. Ya sayang
yang abal-abal. Yaa kejujuran hati memang merontokkan semua rasa. Dan rasa yang
mati tidak setegak seperti awal lagi jika kamu sadar dan ingin kembali. Aku
lelah menunggumu, lelah menanti ketidakpastian. Seharusnya pernyataan ini tidak
seterlambat ini untukmu :
Iya iya. Enggak
enggak. Gausah labil. Dan jangan main-main.