Aku baru tahu , aku pun baru merasakan ini sekali. Sungguh berbeda dengan kisah cintaku yang lain. Saat peristiwa
yang tak ku kehendaki datang mengiri tangisan atas kepergianmu. Sungguh itu
sangat berat bagiku. mengapa saat ini kita terpisah ? jalur kita bertemu baru beberapa minggu. Kisah ini seperti ribuan ikan yang berlarian , menghindar
dari jemari yang menangkapnya. Kisah ini belum sempurna. Aku tak bisa rasakan segala canda tawa yang hangat
dan sederhana darimu, sayang. Aku hanya akan bisa mengingat tentang lelucon
ataupun celoteh manis yang dulu kau berikan padaku, itu sangat indah seperti
aku memandang kilat bintang yang jatuh, jatuh ke hatiku sayang. Itulah kamu. Yang selalu bersabar menunggu getar handphone dariku saat aku sibuk. Dan
yang memberikan pertanyaan saat aku kelu berhadapan memandang matamu. Sepertinya
sangat indah meskipun sederhana, sesederhana kamu mencintaiku, menunggu
dan bahkan merelakan apapun demi menemaniku pulang. Aku sangat yakin waktu itu,
hatimu takkan berpaling sedikitpun , meskipun disana, gadis lain terlihat lebih
menawan daripada aku, gadis itu kekasihmu dulu.
Tapi aku tak tau skenario Tuhan yang diberikan padaku sangat memilukan. Menggetarkan nadi-nadi yang bahagia menjadi tetesan air mata. Cemburukah mata hati ini saat melihat mu melukis keindahan kenangan bersama gadismu yang dulu? Padahal aku saja belum menjadi kekasihmu. Pantaskah aku mengumbar air mataku pada dia yang aku anggap kekasihku? Sepertinya rasa ini harus berhenti. Kamu harus membantuku sayang, tolong mengertilah setiap wanita memiliki rasa yang berbeda. Bagaimana kamu harus bertingkah memadukan hatimu denganku, bagaimana kamu harus menghindar dari semburat tatapan gadis mu dulu dan menjaga hatimu untukku.
Sepertinya mekanika alam ini enggan memberi keindahan cintaku bersamamu. Tolong hentikan langkahku, jika rute yang kutuju kehatimu memang salah. Jangan biarkan aku terbelenggu dalam ilusi yang tak kunjung nyata. Aku tak mau jika harus berpura-pura bahagia denganmu yang tidak peka itu. Aku ingin cahaya mu hanya untukku, itu bila kamu benar-benar ingin berjalan bersamaku, menyusuri kilauan alur mentari yang membawa kita menuju ta’aruf dengan ridho Allah, tidakkah kamu bahagia dengan apa yang aku katakan? Aku tak ingin mengganggu hatimu jika kamu tak mau. Aku juga tidak akan mengatakan aku menyayangimu, jika dulu kamu tak memberiku kasih sayang yang berisyarat membingungkan itu. Wajahmu berbeda dengan apa yang kulihat dengan wajah lelaki lain, yang mungkin lebih baik darimu, getaran inilah yang menuntun cahaya mataku memandangmu, mengartikan setiap bait-bait puisi dijiwamu, yang mungkin kau berikan juga pada gadis lain selain aku.
Rotasimu begitu kuat disini, lihatlah sayang. Disini, didalam otak mungil ini. Dan Inilah kisah kita yang trsimpan dengan rapi. Sepertinya bidadari cemburu bila bisa melihat nya.
Tapi aku tak tau skenario Tuhan yang diberikan padaku sangat memilukan. Menggetarkan nadi-nadi yang bahagia menjadi tetesan air mata. Cemburukah mata hati ini saat melihat mu melukis keindahan kenangan bersama gadismu yang dulu? Padahal aku saja belum menjadi kekasihmu. Pantaskah aku mengumbar air mataku pada dia yang aku anggap kekasihku? Sepertinya rasa ini harus berhenti. Kamu harus membantuku sayang, tolong mengertilah setiap wanita memiliki rasa yang berbeda. Bagaimana kamu harus bertingkah memadukan hatimu denganku, bagaimana kamu harus menghindar dari semburat tatapan gadis mu dulu dan menjaga hatimu untukku.
Sepertinya mekanika alam ini enggan memberi keindahan cintaku bersamamu. Tolong hentikan langkahku, jika rute yang kutuju kehatimu memang salah. Jangan biarkan aku terbelenggu dalam ilusi yang tak kunjung nyata. Aku tak mau jika harus berpura-pura bahagia denganmu yang tidak peka itu. Aku ingin cahaya mu hanya untukku, itu bila kamu benar-benar ingin berjalan bersamaku, menyusuri kilauan alur mentari yang membawa kita menuju ta’aruf dengan ridho Allah, tidakkah kamu bahagia dengan apa yang aku katakan? Aku tak ingin mengganggu hatimu jika kamu tak mau. Aku juga tidak akan mengatakan aku menyayangimu, jika dulu kamu tak memberiku kasih sayang yang berisyarat membingungkan itu. Wajahmu berbeda dengan apa yang kulihat dengan wajah lelaki lain, yang mungkin lebih baik darimu, getaran inilah yang menuntun cahaya mataku memandangmu, mengartikan setiap bait-bait puisi dijiwamu, yang mungkin kau berikan juga pada gadis lain selain aku.
Rotasimu begitu kuat disini, lihatlah sayang. Disini, didalam otak mungil ini. Dan Inilah kisah kita yang trsimpan dengan rapi. Sepertinya bidadari cemburu bila bisa melihat nya.
Malam sudah menatap bumi seraya mengumbar pesona rembulan. Cahaya
bintang turut membalut kelam malam. Udara dingin malam ini mulai menjalari
sekujur tubuh. Aku teringat sesuatu. Saat kamu berkata “Tenang, aku yang akan
memelukmu dari jauh agar kamu merasa kehangatan bersamaku”. Kurasakan dekapan
erat , lama sekali. Kau genggam tanganku hingga aku tak bisa mendengar bunyi bising. Pikirku hanya ingin menikmati detik-detik kebersamaanku denganmu, sepertinya tubuh ini enggan terpisah darimu. Hingga aku tertidup dalam pelukanmu. Doamu dalam memelukku,
yang kini aku lupa bagaimana doa dari pelukan lelaki tampan yang aneh sepertimu.
Aku selalu ingat saat pertama kali kita berjabat tangan dengan lembut dan lembut dan jari jemari yang menempel ditelapak tanganku ini membuat semua syarafku membeku. itu membuatku menatap rindumu. Sembari kamu menatapku, memberiku belahan rembulan kecil dibibirmu, senyumanmu yang memikat bibirku menjadi kelu saat kau mengajakku berbicara. Memadu kebahagiaan tanpa siapapun yang ada disekitar kita. Ah itulah apa yang aku rasakan memandang jauh kepada kisah yang telah berlalu. Mungkin mulai meninggalkanku hingga kisah itu puas memberi kesaksian yang jelas tentang kamu
Aku selalu ingat saat pertama kali kita berjabat tangan dengan lembut dan lembut dan jari jemari yang menempel ditelapak tanganku ini membuat semua syarafku membeku. itu membuatku menatap rindumu. Sembari kamu menatapku, memberiku belahan rembulan kecil dibibirmu, senyumanmu yang memikat bibirku menjadi kelu saat kau mengajakku berbicara. Memadu kebahagiaan tanpa siapapun yang ada disekitar kita. Ah itulah apa yang aku rasakan memandang jauh kepada kisah yang telah berlalu. Mungkin mulai meninggalkanku hingga kisah itu puas memberi kesaksian yang jelas tentang kamu