Quotes

Kamu menjadi inspirasi, karena kamu berani meski sendiri- 2018

15 May, 2013

Cinta Kita yang Berbeda (1)



Dua orang sahabat. Perempuan dan laki2 saling menyayangi. Mereka berdua banyak perbedaan, namun mereka lah yang bisa menutupin perbedaan itu satu sama lain. Mungkin keyakinan mereka membisikan napas-napas cinta persahabatan. Yang membuat kedua senyuman indah mereka berpadu menjadi satu jalinan kasih sayang, namun tak ubahnya seperti dua persahabatan. Dua hati diantara mereka saling mengerti, memahami dan mengajarkan kasih sayang dengan lembut. Lidia dan Kevin.
           Bertemu di suatu surau tepat saat tanggal 25 Desember 2003. Saat perayaan hari Natal bagi umat beragama kristen, tak terkecuali Kevin dan para sahabatnya menikmati keyakinan dan perayaan yang indah hari itu, sejuk sesejuk jiwa yang bermetamorfosa dengan indahnya bunga melati atau yang lain di sekitar surau dekat gerejanya. Sejak saat itu terjalin ikatan persahabatan antara Lidia dan Kevin. Mereka mulai bermain bersama, bersepeda, bahkan jika satu tetesan terlihat diantara satu sahabat, akan ada yang melengkapi dengan senyum. Senyum seorang sahabat yang sejati, yang tak pernah lelah mengajarkan kebaikan dan ketabahan hati saat semua orang menjauhi meskipun diri sahabatnya itu salah sekalipun. selalu bersama. Tak heran bila mereka di katakan seperti orang berpacaran.. iya lebih tepat jika sepasang saudara, maklumlah kebersamaan itu sejak mereka berumur 6 tahun, sudah 9 tahun sekarang. Selalu sama , selalu terjadi kenangan-kenangan sederhaana canda tawa atau permainan layangan yang dulu mereka mainkan.
“Li ingat waktu kecil kita bermain seperti ini?”
“jangan ngaco Kev kalo ngomong, kaya baru aja kita sahabatan haha”
            Saat ini Lidia mendidik otak nya , mengasah dirinya di SMP 3 Kenanga Raya, sedangkan Kevin bersekolah di SMP Citra Raya. Meskipun adat dan keyakinan yang berbeda, mereka selalu yakin jika salah seorang dari mereka tidak mungkin meninggalkan persahabatan walaupun tidak ada persamaan adat. Merekalah yang akan menyampaikan lentera persahabatan yang sejati, sehingga mereka merasakan betapa mulianya kisah mereka dengan perbedaan yang abadi.
Suatu hari , mereka janji pulang sekolah bersama. Kevin menunggu Lidia di depan sekolah, rencananya mereka mau pergi ke kantin sekedar minum air fanta. Di situ ternyata Lidia bertemu dengan teman-temannya, lalu dia bergabung dan mengajak Kevin berkenalan. Lidia memang agak tomboy, seperti tidak berkesan sebagai seorang wanita, keindahan tubuhnya saja terlihat, itupun teramat sayang bagi Tuhannya yang melihat. sikap nya saja saat sedang minum waktu itu kurang sopan. Celana dalam Lidia terlihat dan Kevin juga sempat melihatnya sekilas. Dengan perasaan geli,Kevin berdehem dan berkata
 “em... siapa ya yang celana dalamnya keliatan ,warna merah lagi.. wow... hehehehe”. Spontan saja Lidia kaget dan menyadari bahwa dirinya yang dimaksud Kevin. Lidia menyeret Kevin keluar kantin sekolah dan berkata
“Kamu nih apa-apaan sih vin ! gatau perasaan orang banget ! gue tuh malu ! “.
 “Maaf Lidia sayang, aku kan bercanda, lagian kamu juga ga tau sopan santun banget ! Cewe harusnya feminim dikit kenapa, keindahan kamu bukan diliat dari cantiknya kamu berdandan atau cara berpakaian yang ga nutup aurat. Bunda kamu sendiri kan pernah bilang itu, aku aja gak lupa ?”.
Lidia sedikit mengerti apa yang Kevin maksud, dia terdiam, terlintas dibenaknya merangkum beberapa kata yang agung didengarnya.
makna yang kamu katakan akan aku indahkan kok, aku udah salah. Maaf ya sayang ? kita pulang yukk !” (sambil menggandeng tangan Kevin).
“Li ntar gue main kerumah lo boleh? Tante mau mbikin kue katanya?”
“Iya main aja. Aku ngrasa sepi kalo kamu pergi”
Sungguh tatapan Kevin setelah Lidia mengatakan itu terasa berbeda.
Sore harinya,Kevin mengajak Llidia untuk bersantai di taman dekat rumah sambil makan kue.
“Vin?”
“hem?”
“gitu amat, ngliat aku kek kalo lagi ngomong, aku kan ga suka dicuekin sama kamu”
“hem”
“gak peka !”
Beberapa menit Lidia mendiamkan sahabatnya itu, perutnya terasa geli dari belakang, Kevin pasti sengaja nih, pikirnya. Lidia bangkit lalu berlari mengkuti alur bumi memutar taman dan Kevin mengejarnya. Sungguh itu mengingatkan peri kecil yang dulu saling bercanda tawa dengan pangerannya. Enam tahun yang lalu.
 Setelah agak lama bermain kejar-kejaran, Kevin mengajak Lidia ngobrol di taman itu.
Li? Lo diem aja? Aku barusan salah?”.
Cape doang, cubitan kamu keras banget tadi, sakit Vin
Iya, kok kamu pake baju kayak gitu sih ? ga biasanya mamerin aurat. Kamu lebih indah berjilbab. Aku mengingatkan kamu dalam kebaikan, itu petunjuk Tuhan mu kan? Kamu lupa lagi kata bunda?“. Kata Kevin menatap mata sahabat kecilnya.

No comments:

Post a Comment