Vinto benar-benar
kehilangan cahaya matanya. Dia tak berani menatapku, dia tertunduk, masih
mendekap tanganku di dadanya. Kurasakan dentuman keras seperti granat, tapi tak
pernah ia taburkan granat itu. Aku menatap matanya yang mulai kusut, pelangi
menghilang begitu saja. Dia , Vinto. Pipinya -basah oleh titik-titik air mata
kecil.
“aku mohon Res,
untuk yang kedua”
“ini ke 4 Vin,
kamu mau gimana?”
“aku mau kamu
genggam tangan aku dan aku janji akan berubah”
“secepat itukah? Bagaimana
dengan pria yang selalu membuatku mencuri senyumnya?”
“hilangkan dia
dari rotasi dikepalamu”
“seenak itu? Aku mencintainya”
“sungguh?”
“gausah berlagak!
Kamu yang seharusnya hilang dalam otakku, memory mu sudah hilang! Tau!”
“gak mungkin !
kamu penipu , kamu mainin aku !”
“aku? Dimana kamu
selama ini? Dimana kamu saat aku sakit? Saat aku menangis? Saat aku sibuk tapi
kamu gak pernah mikirin aku sibuk? Kamu asik dengan mainan kamu, entah aku tak
tau, aku hanya tau kamu selalu membentakku, menggapku yang enggak-enggak ! iya
kan!”
“ iya aku yang
salah, kalo aku ga ada di samping kamu, getaran cinta aku melemah, aku butuh
kamu, bentangkan anugrah rasa mu buat aku Res” kata Vinto menepunkan lenganku
di dadanya.
“ sori ga bisa !”
Tiba-tiba aku
tersentak. Aku telah berada dalam pelukan yang sangat erat. Tak ada yang
memisahkan kita berdua, frekuensi ini terlalu kuat. Kini kurasa, aku dan
duniaku telah berubah. Aku tak pernah merasakan ini sebelumnya. Ini hangat, tak
ingin ku lepas, dia mencium kepalaku, dia menitikan air mata hingga aku
merasakannya di kulit kepalaku. Air mataku meluncur. Aku tak tau rasa apa yang
hadir untuk Vinto, juga untuk Rendra. Aku tak bisa memilih mereka karena cinta
mereka meluberkan sejuta warna dalam hidupku.
“lepaskan aku!”
“tidak, sebelum
kamu bilang bahwa amanah mu mencintaiku dan aku berjanji mendekapmu dalam
segala permasalahan yang kita hadapi Res”
“aku mencintaimu
Vin, tapi tak sekuat dulu. Aku menyayangi Rendra, itu saat kamu pergi, lalu
kamu datang, kamu gak jelas, kamu membuat aku bingung dengan semua isyaratmu. Kalian
spektrum cinta yang begitu beragam mengajariku tentang hidup. Kalian embun dan
setulus hati mengasihiku. Aku tau itu. Aku lebih baik sendiri Vin, aku mohon
lepaskan dekapanmu, aku ingin pergi”
“tapi bagaimana
dengan aku?” Vinto terjatuh, dia tengok keatas, kewajah ku, “bawalah hati aku
Res, aku akan limpahkan segalanya untuk kamu”
“untuk datang dan
pergimu? Untuk sikap yang ga jelasmu? Untuk kesalahpahaman yang kau tumpahkan
padaku setiap yang kamu mau?”
“aku akan
memperbaikinya Res, aku berjanji demi Tuhan”
“untuk yang ke 5
kalinya? bisa lepaskan genggaman kamu? Mataku sembab, aku ingin tidur, biarin
aku pulang !”
“tapi Res aku.. “
Langsung saja aku
lepaskan dengan paksa genggaman lembut itu, yang mungkin jika kisahnya berbeda,
aku takkan pernah melepasnya. Getaran cinta itu mungkin akan menderu kuat,
getaran dimedan hati ini sangat hebat. Entahlah itu memang sudah berlalu. Aku berlari
pergi , aku masih sempat menengok Vinto, dia tertunduk lesu. Mungkin menyesali
kesalahannya. Kupikir kisah ini masih berlanjut []
No comments:
Post a Comment