Quotes

Kamu menjadi inspirasi, karena kamu berani meski sendiri- 2018

14 May, 2013

Andai Kalian tak Pernah Hadir di Hidupku (1)



Bibirku terkunci. Mungkin terbungkam. Hanya beberapa detik lalu aku meneruskan
“ Bisa kan kamu tidak menggombaliku lagi? Aku muak melihatmu”
“Muak untuk apa? Aku menjijikan?”
“Iya Vinto! “
“Jika begitu, dulu kamu tak kan pernah memberi ijin untuk ku mencintaimu kan”
“Lupakan”
“Kamu terlalu sulit dilupakan Resa”
“Ah minggir saja! Aku mau pulang”
Pria itu mempertahankan tanganku, mencoba mendekapku tapi aku mengusik keinginannya. Sepertinya terlalu kejam, tapi aku tidak bisa seperti ini berlarut-larut.
“Dengar aku akan menceritakan sesuatu padamu”
“Tentang apa Res?”
“Perlakuanmu”
“Sekarang?”
“Besok saja. Aku lelah”
Seharian itu aku memikirkan bagaimana aku harus memulai. Bagaimana aku meneruskan percakapan yang tadi siang ku janjikan pada Vinto. Aku tak bisa memberinya kesaksian yang langsung jelas, aku takut menyakitinya meskipun aku belum jadian dengannya. Tapi aku merasakan hal yang berbeda. Justru aku ingin menyembunyikan semua ini karena aku mencintainya. Iya, sepertinya. Tapi disisi lain? Pria baik itu? Yang selalu mengantarku pulang? Berjalan disampingku? Ah besok saja. Aku harus berhenti mengangan, ini sudah larut malam. Lebih baik aku tidur saja agar tidak terlambat memasuki pintu gerbang yang mewah itu .
Siang harinya setelah aku memulai rencanaku, ku tuju taman bunga mawar yang dulunya bekas hamparan sawah. Iya memang sangat indah. Dulu hamparan itu tak pernah dapat perhatian dari orang-orang , tapi kini dia kembali menjadi pusat kerlingan semua orang yang menyukai keindahannya terutama yang sedang menjalin cinta.
Kumulai pembicaraan dengan pria yang sangat ku cintai
“terus terang..”
“bicaralah, bila aku tak bisa menjawab pembicaraanmu, setidaknya aku sudah bisa menjadi pendengar yang baik untukmu, jika selama ini sikapku..”
“tak usah kau teruskan, aku hanya tak ingin perhatian sederhanaku membuatmu sakit dan aku ingin mengakhirinya, karena kita memang tidak bisa bersama”
“ternyata itu permasalahannya? Ada apa?”
“aku lelah dengan semua yang kamu lakukan untuk membuatku terus dalam dekapanmu, dekapan itu menyesakkanku, membuat urat-uratku terpelintir seperti saat aku kambuh dari sakitku”
“aku tak tau, tapi aku tak kan pernah berfikir kalau aku tak bisa melihat senyumanmu”
“aku tahu , tapi kedewaanmu tak pernah menuntunku bahagia. Kalau kamu gak bisa sebaik dia, setidaknya kamu tak perlu sirik dan membenci. Apa hidupmu tak lagi menarik?
“tapi aku benci pada siapa yang dekat dengan kamu!”
“dan aku tak boleh membenci gadis yang tiap hari kau perhatikan lebih dari aku! Iya?”
“aku... “
“aku yang akan pergi, aku yang akan meminta maaf atas kesalahan kamu pada Rendra. Dia yang selama ini memberiku nasehat dan selalu memberi bintang malam untuk menjagaku, dia pangeran yang diam-diam memujaku dibelakangmu, tapi dia tak pernah berlebih padaku seperti yang tak kamu pahami. Dia lah lelaki yang memberi kejelasan, menopang tubuhku , menadahkan tangannya untuk menampung semua air mataku hingga aku puas menangisi mu! Aku wanita, aku udah ngasih kejelasan tapi...”
“tapi aku tak pernah ngasih kejelasan tentang kamu, aku ga bisa siap tangkap saat kamu jatuh atau sakit, atau moody, aku gak pernah ngerti apa yang wanita rasakan dan aku sibuk dengan urusan aku sendiri”
“iya, kamu juga yang menjadikanku pelampiasan untuk cintamu yang pernah gagal, aku yang bodoh berpura-pura sayang meski aku tahu kamu tak mungkin menyayangiku setulus hati” -masih berlanjut di Andai Kalian tak Pernah Hadir di Hidupku (2)

No comments:

Post a Comment