Berawal
keinginan Bambang Sumantri untuk mengabdi pada negara,maka Bambang Sumantri
menghadap ayahnya Resi Suwandagni di Pertapaan Arga Sekar. Begawan
Suwandagni merestui puteranya, Bambang Sumantri pergi ke Mahespati. Begawan Suwandagni
mantap melepaskan Sumantri putranya. Karena ia telah membekali dengan ilmu
pengetahuan, ilmu pemerintahan, juga secara pisik sudah ditempa menjadi seorang
perajurit yang dapat diandalkan. Sumantri juga memiliki senjata cakra pemberian
dewa.
Keberangkatan Sumantri diketahui oleh adiknya, seorang raksasa bajang. Yang wajahnya menakutkan. Sang Begawan pun telah meminta pada Sumantri agar mengajak adiknya, karena adiknya sedikit banyak bisa membantu Sumantri apabila ada kesulitan yang tak bisa diselesaikan oleh Sumantri. Tetapi Sumantri tidak mau mengajak adiknya, karena menghambat menghambat perjalanan.
Sumantri pun pergi., Sukasrana walaupun tidak boleh mengikuti kepergian kakaknya. Tetapi secara diam diam Sukrasana mengikuti kakaknya walau dari jarak jauh dibelakangnya.Sesampai diistana Mahespati, Prabu Arjuna Sasra bahu dengan senang hati menerima Sumantri yang ingin mengabdikan diri pada Prabu Arjunasasrabahu, dan negerinya Mahespati. Prabu Arjunasasrabahu., saat ini sedang jatuh hati dengan seorang puteri Magada, Dewi Citrawati putri Prabu Citrawijaya. Oleh Prabu Arjunasasrabahu, dimintanya Bambang Sumantri pergi melamar Dewi Citrawati untuk menjadi permaisuri Prabu Arjunasasrabahu.
Bambang Sumantripun berangkat ke Istana Magada. Sementara itu di Magada, keadaan nya menjadi sulit, karena Para Raja 1000 negara, tidak bergeming untuk mengepung Istana Magada. Hal tersebut terjadi karena tidak ada kepastian dari Prabu Citrawijaya, untuk menentukan lamaran siapakah yang akan diterima, sehingga keadaan itu menjadi berlarut larut. Kedatangan Bambang Sumantri menjadikan semangat bagi Prabu Citrawijaya dan Dewi Citrawati. Dewi Citrawati sangat terpesona dengan Bambang Sumantri, ia kelihatan telah jatuh hati. Dewi Citrawati tidak mengetahui pasti, keberadaan Bambang Sumantri di Magada, apakah atas nama dirinya, atau sekedar duta seorang raja untuk melamar dirinya. Akhirnya diputuskan oleh Prabu Citrawijaya, bahwa raja raja 1000 negara, yang masih ingin melamar Dewi Citrawati, harus mengikuti sayembara. Siapa saja yang daapat mengalahkan Bambang Sumantri, akan menjadi suami Dewi Citrawati. Sumantri dapat mengalahan raja raja 1000 negara yang mengepung kerajaan Magada. Bambang Sumantri memenangkan sayembara Dewi Citrawati. Bambang Sumantri kembali ke Mahespati dengan diiringi raja raja negara 1000 negara yang telah ditaklukkan oleh Bambang Sumantri, pada waktu perebutan Dewi Citrawati, antara lain, Patih Kalinggapati, Prabu Candraketu,Prabu Sodha,dan Patih Handaka Sumekar.
Dewi Citrawati tidak mau diserahkan kepada Prabu Arjuna Sasrabahu. Dewi Citrawati bersedia menjadi istri Prabu Arjuna Sasrabahu, asal Prabu Arjuna Sasrabahu bisa mengalahkan Bambang Sumantri terlebih dahulu. Permintaan Dewi Citrawati dipenuhinya. Arjuna Sasrabahu memberikan pakaian Kerajaan Mahespati untuk Bambang Sumantri. Mereka berpakaian raja raja. Sekarang terlihatllah ada dua orang raja yang sedang mengadu kekuatan. Arjuna Sasrabahu ingin persamaan derajat, antara dirinya dengan Bambang Sumantri, yang hanya seorang dari desa.Kemudian terjadilah pertandingan kekuatan antara keduanya. Bambang Sumantri oleh Arjuna Sasrabahu diberi kesempatan untuk mengalahkan dirinya terlebih dahulu.
Kemudian ganti Prabu Arjunasasrabahu menampakkan kekuatannya. Ia berubah menjadi brahala, raksasa sebesar gunung anakan, menjadikan Bambang Sumantri terkejut. Bambang Sumantri menyerah, menyerah bukan kalah. Namun ia telah menemukan jati diri Prabu Arjuna Sasrabahu. Arjuna Sasrabahu adalah titisan Dewa Wisnu, yang ia cari cari selama ini. Sejak dahulu Bambang Sumantri menginginkan bisa mengabdi pada keturunan Dewa Wisnu.
Setelah mengetahui kemenangan Prabu Arjuna Sasrabahu, maka Dewi Citrawati mena gih permintaan yang kedua dan ketiga. Yaitu meminta Puteri Domas yang terdiri dari para bidadari dari Kahyangan sebagai pengiring pengantin, dan taman Sriwedari dari Kayangan Untarasegara. Prabu Arjunasasrabahu sekali lagi meminta kepada Bambang Sumantri untuk dapat melaksanakan permintaan Dewi Citrawati. Bambang Sumantri meninggalkan istana, guna memenuhi permintaan Prabu Arjuna Sasrabahu. Ditengah perjalanan, Bambang Sumantri tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan permintaan Dewi Citrawati. T
iba tiba ia seperti mendengar suara adiknya, Sukasrana. Bambang Sumantri terperanjat melihat Sukasrana mendekatinya. Bambang Sukasrana berjanji, akan membantu kakaknya, Bambang Sumantri. Dimintanya kakaknya pulang saja, kenmbali ke Mahespati. Bambang Sukasrana segera mencari tempat untuk bersemadi. Tiba tiba Bambang Sukasrana tidak terlihat lagi dari pandangan kakaknya, Sumantri, Bambang Sumantri bergegas pulang ke Istana Mahespati, Sesampai di Istana Mahespati, ternyata bertepatan datangnya Puteri Domas yang terdiri dari 100 orang bidadari, yang wajah dan badannya semua sama, dan turun juga dari angkasa taman Sriwedari dari Untarasegara. Bambang Sumantri merasa lega, karena dengan bantuan adiknya, maka semua permintaan Dewi Citrawati dapat dilaksanakan.
Keberangkatan Sumantri diketahui oleh adiknya, seorang raksasa bajang. Yang wajahnya menakutkan. Sang Begawan pun telah meminta pada Sumantri agar mengajak adiknya, karena adiknya sedikit banyak bisa membantu Sumantri apabila ada kesulitan yang tak bisa diselesaikan oleh Sumantri. Tetapi Sumantri tidak mau mengajak adiknya, karena menghambat menghambat perjalanan.
Sumantri pun pergi., Sukasrana walaupun tidak boleh mengikuti kepergian kakaknya. Tetapi secara diam diam Sukrasana mengikuti kakaknya walau dari jarak jauh dibelakangnya.Sesampai diistana Mahespati, Prabu Arjuna Sasra bahu dengan senang hati menerima Sumantri yang ingin mengabdikan diri pada Prabu Arjunasasrabahu, dan negerinya Mahespati. Prabu Arjunasasrabahu., saat ini sedang jatuh hati dengan seorang puteri Magada, Dewi Citrawati putri Prabu Citrawijaya. Oleh Prabu Arjunasasrabahu, dimintanya Bambang Sumantri pergi melamar Dewi Citrawati untuk menjadi permaisuri Prabu Arjunasasrabahu.
Bambang Sumantripun berangkat ke Istana Magada. Sementara itu di Magada, keadaan nya menjadi sulit, karena Para Raja 1000 negara, tidak bergeming untuk mengepung Istana Magada. Hal tersebut terjadi karena tidak ada kepastian dari Prabu Citrawijaya, untuk menentukan lamaran siapakah yang akan diterima, sehingga keadaan itu menjadi berlarut larut. Kedatangan Bambang Sumantri menjadikan semangat bagi Prabu Citrawijaya dan Dewi Citrawati. Dewi Citrawati sangat terpesona dengan Bambang Sumantri, ia kelihatan telah jatuh hati. Dewi Citrawati tidak mengetahui pasti, keberadaan Bambang Sumantri di Magada, apakah atas nama dirinya, atau sekedar duta seorang raja untuk melamar dirinya. Akhirnya diputuskan oleh Prabu Citrawijaya, bahwa raja raja 1000 negara, yang masih ingin melamar Dewi Citrawati, harus mengikuti sayembara. Siapa saja yang daapat mengalahkan Bambang Sumantri, akan menjadi suami Dewi Citrawati. Sumantri dapat mengalahan raja raja 1000 negara yang mengepung kerajaan Magada. Bambang Sumantri memenangkan sayembara Dewi Citrawati. Bambang Sumantri kembali ke Mahespati dengan diiringi raja raja negara 1000 negara yang telah ditaklukkan oleh Bambang Sumantri, pada waktu perebutan Dewi Citrawati, antara lain, Patih Kalinggapati, Prabu Candraketu,Prabu Sodha,dan Patih Handaka Sumekar.
Dewi Citrawati tidak mau diserahkan kepada Prabu Arjuna Sasrabahu. Dewi Citrawati bersedia menjadi istri Prabu Arjuna Sasrabahu, asal Prabu Arjuna Sasrabahu bisa mengalahkan Bambang Sumantri terlebih dahulu. Permintaan Dewi Citrawati dipenuhinya. Arjuna Sasrabahu memberikan pakaian Kerajaan Mahespati untuk Bambang Sumantri. Mereka berpakaian raja raja. Sekarang terlihatllah ada dua orang raja yang sedang mengadu kekuatan. Arjuna Sasrabahu ingin persamaan derajat, antara dirinya dengan Bambang Sumantri, yang hanya seorang dari desa.Kemudian terjadilah pertandingan kekuatan antara keduanya. Bambang Sumantri oleh Arjuna Sasrabahu diberi kesempatan untuk mengalahkan dirinya terlebih dahulu.
Kemudian ganti Prabu Arjunasasrabahu menampakkan kekuatannya. Ia berubah menjadi brahala, raksasa sebesar gunung anakan, menjadikan Bambang Sumantri terkejut. Bambang Sumantri menyerah, menyerah bukan kalah. Namun ia telah menemukan jati diri Prabu Arjuna Sasrabahu. Arjuna Sasrabahu adalah titisan Dewa Wisnu, yang ia cari cari selama ini. Sejak dahulu Bambang Sumantri menginginkan bisa mengabdi pada keturunan Dewa Wisnu.
Setelah mengetahui kemenangan Prabu Arjuna Sasrabahu, maka Dewi Citrawati mena gih permintaan yang kedua dan ketiga. Yaitu meminta Puteri Domas yang terdiri dari para bidadari dari Kahyangan sebagai pengiring pengantin, dan taman Sriwedari dari Kayangan Untarasegara. Prabu Arjunasasrabahu sekali lagi meminta kepada Bambang Sumantri untuk dapat melaksanakan permintaan Dewi Citrawati. Bambang Sumantri meninggalkan istana, guna memenuhi permintaan Prabu Arjuna Sasrabahu. Ditengah perjalanan, Bambang Sumantri tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan permintaan Dewi Citrawati. T
iba tiba ia seperti mendengar suara adiknya, Sukasrana. Bambang Sumantri terperanjat melihat Sukasrana mendekatinya. Bambang Sukasrana berjanji, akan membantu kakaknya, Bambang Sumantri. Dimintanya kakaknya pulang saja, kenmbali ke Mahespati. Bambang Sukasrana segera mencari tempat untuk bersemadi. Tiba tiba Bambang Sukasrana tidak terlihat lagi dari pandangan kakaknya, Sumantri, Bambang Sumantri bergegas pulang ke Istana Mahespati, Sesampai di Istana Mahespati, ternyata bertepatan datangnya Puteri Domas yang terdiri dari 100 orang bidadari, yang wajah dan badannya semua sama, dan turun juga dari angkasa taman Sriwedari dari Untarasegara. Bambang Sumantri merasa lega, karena dengan bantuan adiknya, maka semua permintaan Dewi Citrawati dapat dilaksanakan.
Prabu Arjuna Sasrabahu merasa senang, melihat keberhasilan Bambang Sumantri telah mendapatkan apa yang diinginkan Dewi Citrawati. Mengingat jasa jasanya, maka Bambang Sumantri diangkat menjadi Patih Kerajaan Mahespati, dengan gelar Patih Suwanda. Pengangkatan Bambang Sumanteri menjadi patih Mahespati di lakukan di balairung Istana Mahespati di hadapan para nayaka, sentana, para manteri dan Bupati. Juga didepan raja raja 1000 negara. Bambang Sumantri merasa tidak mantap dengan pemberian jabatan ini, karena Bambang Sumantri tidak melakukan apa apa. Keberhasilannya karena bantuan adiknya.
Sementara itu di taman, para Istri Arjuna Sasrabahu, melihat sesuatu yang menakutkan. Maka Arjuna Sasrabahu, minta agar Patih Suwanda menyelesaikan masaalah ini. Bambang Sumantri, terkejut ketika yang menjadi pokok persoalan, adalah adiknya. Bambang Sukasrana ketiduran di taman Sriwedari, mungkin karena capek setelah memindahkan taman dari Untarasegara ke Mahespati. Adiknya di bangunkan, disuruhnya pergi dari taman. Namun Bambang Sukasrana, tidak mau berpisah lagi dengan Bambang Sumantri. Bambang Sumantri menakut nakuti adiknya, dengan pura pura akan memanah adiknya. Tetapi anak panah yang diarahkan kepada adiknya, terlepas dan anak panahnya mengenai adiknya. Adiknya, Bambang Sukasrana, langsung tewas. Bambang Sumantri menangisi kematian adiknya. Prabu Arjuna mengetahui persitiwa ini, menyayangkan pada Sumantri, mengapa tidak memberitahukan pada Prabu Arjuna Sasrabahu, kalau yang ditakuti para istrinya, sebenarnya, adik Bambang Sumantri sendiri. Andaikan tahu sebelumnya, Prabu Arjuna Sasrabahu, pasti mengijinkan adik Bambang Sumantri tinggal didalam taman Mahespati.Bambang Sumantri merasa menyesal dan berdosa besar pada adiknya, Bambang Sukasrana. Penyesalan biasanya datang kemudian, sekarang hanya satu keinginan Sumantri, yaitu mati, agar bisa bersama lagi dengan adiknya, Bambang Sukasrana. Sementara Patih Suwanda sedang berduka dengan meninggalnya adiknya sendiri yang tewas dengan tangannya sendiri. Yang berhari hari tidak bisa melupakan adiknya, Bambang Sukasrana.
Dewi Citrawati selalu saja minta yang aneh aneh.Sekarang Ia ingin mandi di sebuah telaga Minangkalbu yang airnya bening bersama para selir, dan tentu saja Prabu Arjuna Sasrabahu diminta menyertainya pula.
Prabu Arjuna
Sasra mandi ditelaga beserta para istrinya. Citrawati minta agar air sungai
Minangsraya dibendung, supaya menambah air telaga tempat mandi mereka. Dengan
kesaktian prabu Arjuna Sasra bahu, tiwikrama menjadi raksasa sebesar gunung
anakan. Sungai Minangsaya terbendung, air telaga meluap dan airnya membuat
banjir istana Prabu Dasamuka. Prabu Dasamuka mengirim telik sandi ke Mahespati.
Ditya Kala Marica berangkat untuk melihat apa yang terjadi. Ditya Kala Marica
melihat, bahwa banjir kali ini, bukan banjir karena alam, namun karena ulah
Prabu Arjuna Sasrabahu bersama seluruh istrinya.Prabu Dasamuka dengan kekuatan
penuh menyerang Mahespati.
Prabu Dasamuka mndapat perlawanan dari Patih Suwanda. Patih Suwanda terkejut ketika melihat gigi taring Prabu Dasamuka, nampak adiknya, Sukasrana melambaikan tangannya, seolah olah memanggilnya. Patih Suwanda, atau Bambang Sumantri, segera mengundurkan diri dari tempat peperangan.
Sepeninggal Patih Suwanda, peperangan diteruskan para raja raja 1000 negara. Sementara Prabu Dasamuka melawan raja raja 1000 nnegara, Patih Suwanda masuk kedalam sanggar pamujan dengan berpakaian putih putih bagai seorang Brahmana, Sementara Bambang Sumantri sedang berdoa memuja dewa, seluruh Raja raja 1000 negara mati terbunuh oeh Prabu Dasamuka.. Melihat keadaan itu Patih Suwanda, yang sudah memakai baju putih putih seperti seorang Bramana, terkejut dan segera mengejar Prabu Dasamuka yang sedang mendekati Prabu Arjuna Sasrabahu yang sedang bersenang senang dengan Dewi Citrawati.
Tujuan Prabu Dasamuka ke Mahespati yang semula karenai banjirnya Alengka tetapi sekarang juga ingin merebut Dewi Citrawati dari tangan Prabu Arjuna Sasrabahu, karena Dewi Citrawati adalah titisan Widawati. Maka terjadiah perkelahian antara pasukan Dasamuka dan Patih Suwanda dengan pasukannya pula. Patih Suwanda tiba tiba melihat wajah Prabu Dasamuka seperti wajah adiknya, Bambang Sukasrana. Sewaktu perkelahian Prabu Dasamuka dan Patih Suwanda masih berlangsung. Karena bayangan adiknya, Sukasrana, menjadikan ia lengah. Dengan mudah Prabu Dasamuka menghantamkan gadaz pusakanya ke kepala Patih Suwanda. Seketika itu juga Patih Suwanda tewas. Sukma Bambang Sumantri bertemu dengan sukma Bambang Sukasrana. Keduanya berjalan seiring bersama menuju ke surga,
Prabu Arjuna Sasrabahu marah ketika melihat para senapati, Raja Raja 1000 negara termasuk Bambang Sumantri telah tewas oleh Prabu Dasamuka. Prabu Arjuna Sasrabahu kemudian meringkus Prabu Dasamuka. Namun Prabu Dasamuka tiwikrama menjadi raksasa berkepala sepuluh dan bertangan seratus. Prabu Arjuna Ssrabahu juga bertiwikrama, menjadi raksasa sebesar gunung anakan, yang berkepala 500 dan bertangan 1000. Prabu Dasamuka menjadi ketakutan. Namun Prabu Arjuna Sasrabahu telah berhasil menangkapnya. Raksasa raksasa tadi kembali menjadi Prabu Arjuna Sasra dan Prabu Dasamuka kembali.Prabu Arjuna Sasrabahu segera mengikat kedua tangan dan kedua kaki Prabu Dasamauka di belakang kereta perangnya dan menyeretnya keliling ibukota Maespati.Banyak warga kota menonton tangkapan Prabu Arjuna Sasra bahu, rajanya. Tidak sedikit rakyat Mahespati, menambah penderitaan Prabu Dasamuka, ada yang meludahi, ada yang memukul, ada pula yang menyiram air comberan. Prabu Dasamuka merasa kesakitan yang luar biasa. Ia tidak bisa mati karena memiliki aji Rawerontek pemberian kakak tirinya Prabu Danaraja atau Danapati.
Sementara itu kakek buyut Begawan Pulasta dari Pertapaan Nayaloka telah datang ke Mahespati. Begawan Pulasta adalah kakek buyut Prabu Dasamuka. Maksud kedatangannya, adalah minta pengampunan cucu nya Prabu Dasanuka, dan ia akan membawa kembali ke Pertapaannya. Prabu Arjuna Sasrabahu bersedia melepaskan Prabu Dasamuka, asal para sentana, serta para raja raja 1000 negara dan Patih Suwanda serta para perajurit Maespati yang dibunuh Prabu Dasamuka bisa dikembalikan seperti semula, sehingga bisa hidupkan lagi. Kakek buyut akan menghidupkan mereka kembali asalkan kematian mereka belum menjadi ketetapan dewa. Kemudian Begawan Pulasta bersemadi, mohon anugerah dewata. Permohonannya dipenuhi oleh dewa, kecuali Sumantri. Prabu Arjuna Sasra bahu kecewa, karena Bambang Sumantri tidak bisa dihidupkan lagi.
Begawan Pulasta mohon ampun, ia tidak bisa menghidupkan Bambang Sumantri, karena sukma Patih Suwanda telah pergi bersama sukma adiknya, Bambang Sukasrana, Sehingga kematian Patih Suwanda sudah menjadi kehendak Dewata. Begawan Pulasta berjanji, bahwa buyutnya, Prabu Dasamuka, tidak akan berani mempermainkan Prabu Arjuna Sasrabahu lagi.Tidak akan melawan lagi. Prabu Dasamuka menyanggupi, dan minta ampun pada Prabu Arjuna Sasrabahu. Oleh Prabu Arjuna Sasrabahu maka Dasamuka pun dilepas dan diserahkan kepada Begawan Pulasta. Sepeninggal Patih Suwanda, Arjuna Sasrabahu seperti orang ngengleng. Akhirnya para raja 1000 negara suruh kembali ke istananya masing masing,
Prabu Dasamuka mndapat perlawanan dari Patih Suwanda. Patih Suwanda terkejut ketika melihat gigi taring Prabu Dasamuka, nampak adiknya, Sukasrana melambaikan tangannya, seolah olah memanggilnya. Patih Suwanda, atau Bambang Sumantri, segera mengundurkan diri dari tempat peperangan.
Sepeninggal Patih Suwanda, peperangan diteruskan para raja raja 1000 negara. Sementara Prabu Dasamuka melawan raja raja 1000 nnegara, Patih Suwanda masuk kedalam sanggar pamujan dengan berpakaian putih putih bagai seorang Brahmana, Sementara Bambang Sumantri sedang berdoa memuja dewa, seluruh Raja raja 1000 negara mati terbunuh oeh Prabu Dasamuka.. Melihat keadaan itu Patih Suwanda, yang sudah memakai baju putih putih seperti seorang Bramana, terkejut dan segera mengejar Prabu Dasamuka yang sedang mendekati Prabu Arjuna Sasrabahu yang sedang bersenang senang dengan Dewi Citrawati.
Tujuan Prabu Dasamuka ke Mahespati yang semula karenai banjirnya Alengka tetapi sekarang juga ingin merebut Dewi Citrawati dari tangan Prabu Arjuna Sasrabahu, karena Dewi Citrawati adalah titisan Widawati. Maka terjadiah perkelahian antara pasukan Dasamuka dan Patih Suwanda dengan pasukannya pula. Patih Suwanda tiba tiba melihat wajah Prabu Dasamuka seperti wajah adiknya, Bambang Sukasrana. Sewaktu perkelahian Prabu Dasamuka dan Patih Suwanda masih berlangsung. Karena bayangan adiknya, Sukasrana, menjadikan ia lengah. Dengan mudah Prabu Dasamuka menghantamkan gadaz pusakanya ke kepala Patih Suwanda. Seketika itu juga Patih Suwanda tewas. Sukma Bambang Sumantri bertemu dengan sukma Bambang Sukasrana. Keduanya berjalan seiring bersama menuju ke surga,
Prabu Arjuna Sasrabahu marah ketika melihat para senapati, Raja Raja 1000 negara termasuk Bambang Sumantri telah tewas oleh Prabu Dasamuka. Prabu Arjuna Sasrabahu kemudian meringkus Prabu Dasamuka. Namun Prabu Dasamuka tiwikrama menjadi raksasa berkepala sepuluh dan bertangan seratus. Prabu Arjuna Ssrabahu juga bertiwikrama, menjadi raksasa sebesar gunung anakan, yang berkepala 500 dan bertangan 1000. Prabu Dasamuka menjadi ketakutan. Namun Prabu Arjuna Sasrabahu telah berhasil menangkapnya. Raksasa raksasa tadi kembali menjadi Prabu Arjuna Sasra dan Prabu Dasamuka kembali.Prabu Arjuna Sasrabahu segera mengikat kedua tangan dan kedua kaki Prabu Dasamauka di belakang kereta perangnya dan menyeretnya keliling ibukota Maespati.Banyak warga kota menonton tangkapan Prabu Arjuna Sasra bahu, rajanya. Tidak sedikit rakyat Mahespati, menambah penderitaan Prabu Dasamuka, ada yang meludahi, ada yang memukul, ada pula yang menyiram air comberan. Prabu Dasamuka merasa kesakitan yang luar biasa. Ia tidak bisa mati karena memiliki aji Rawerontek pemberian kakak tirinya Prabu Danaraja atau Danapati.
Sementara itu kakek buyut Begawan Pulasta dari Pertapaan Nayaloka telah datang ke Mahespati. Begawan Pulasta adalah kakek buyut Prabu Dasamuka. Maksud kedatangannya, adalah minta pengampunan cucu nya Prabu Dasanuka, dan ia akan membawa kembali ke Pertapaannya. Prabu Arjuna Sasrabahu bersedia melepaskan Prabu Dasamuka, asal para sentana, serta para raja raja 1000 negara dan Patih Suwanda serta para perajurit Maespati yang dibunuh Prabu Dasamuka bisa dikembalikan seperti semula, sehingga bisa hidupkan lagi. Kakek buyut akan menghidupkan mereka kembali asalkan kematian mereka belum menjadi ketetapan dewa. Kemudian Begawan Pulasta bersemadi, mohon anugerah dewata. Permohonannya dipenuhi oleh dewa, kecuali Sumantri. Prabu Arjuna Sasra bahu kecewa, karena Bambang Sumantri tidak bisa dihidupkan lagi.
Begawan Pulasta mohon ampun, ia tidak bisa menghidupkan Bambang Sumantri, karena sukma Patih Suwanda telah pergi bersama sukma adiknya, Bambang Sukasrana, Sehingga kematian Patih Suwanda sudah menjadi kehendak Dewata. Begawan Pulasta berjanji, bahwa buyutnya, Prabu Dasamuka, tidak akan berani mempermainkan Prabu Arjuna Sasrabahu lagi.Tidak akan melawan lagi. Prabu Dasamuka menyanggupi, dan minta ampun pada Prabu Arjuna Sasrabahu. Oleh Prabu Arjuna Sasrabahu maka Dasamuka pun dilepas dan diserahkan kepada Begawan Pulasta. Sepeninggal Patih Suwanda, Arjuna Sasrabahu seperti orang ngengleng. Akhirnya para raja 1000 negara suruh kembali ke istananya masing masing,
Sementara itu upaya Prabu Dasamuka menghancurkan Mahespati masih juga dilakukan. Suatu saat Prabu Dasamuka menemui Dewi Citrawati dan para selir, dikatakannya bahwa Prabu Arjuna Sasrabahu telah tewas diperjalanan. Akhirnya Dewi Citrawati dan para selir Prabu Arjunasasrabahu melakukan belapati.
Sedangkan
pada akhir cerita Prabu Arjuna Sasrabahu tewas melawan resi Rama Bargawa.Karena
Prabu Arjuna Sasrabahu tidak mau memenuhi keinginan Rama Bargawa, untuk
membunuhnya.
SELESAI
No comments:
Post a Comment